Pages

Senin, 13 April 2015

SAATNYA BUTON KEMBALI KEPADA JATI DIRINYA SESUAI HARAPAN PERJUANGAN KESULTANAN BUTON DIMASA LALU

Di Era Ke Emasan Kesultanan Buton, masyarakat buton bersama2 dan saling bahu membahu mempertahankan daerah ini baik itu dari ambisi Belanda, Perompak maupun kerajaan2 luar yang ingin menguasai daerah Kesultanan Buton..dan Alhamdulillah ikatan persaudaraan kebutonan ini ternyata masih terjaga di masyarakat buton perantauan atau masyarakat buton yang berdomisili di luar buton..Ini terlihat dimanapun mereka berada (diluar eks wilayah kesultanan buton) mereka menyatu menjadi BUTON walaupun saat ini Buton itu sendiri telah terbagi2 menjadi beberapa wilayah dlm kerangka otonomi daerah…yang patut disayangkan ikatan persaudaraan buton diluar daerah berbanding terbalik dengan kondisi yang ada dalam buton sendiri…konflik horizontal antar sesama warga buton kadang sering terjadi…moga ini semua hanya sebuah proses menuju nilai akhir ..Dulu didalam buton sendiri persaudaraan itu kuat, sekarang persaudaraan itu justru kuat diluar bukan didalam..sebuah dilema sosial yang harus menjadi perhatian besar…kita semua ingin buton menjadi baik walaupun tidak harus kembali jaya seperti di masa lalu
DEWASA DALAM BERTINDAK DAN DEWASA DALAM BERPIKIR
BIJAK DALAM BERTINDAK DAN BIJAK DALAM BERTINDAK
MUNGKIN ITU SALAH SATU MAKNA AJARAN2 TETUA2 KITA DI BUTON…
ILMU ITU TAK AKAN LEKANG OLEH WAKTU
ILMU ITU TIDAK AKAN TERGERUS OLEH WAKTU..
Kesultanan Buton telah meninggalkan warisan untuk kita semua…mungkin atau tidak mungkin kejayaan buton di era lalu kembali lagi..wallahu allam..tapi kembali atau tidak kembali era itu, Kesultanan Buton meninggalkan kita Ilmu2 yg jauh lebih bermanfaat untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari…
Masyrakat Buton harus kembali pada jati dirinya..kearifan local harus tetap terjaga demi BUTON yang lebih baik ke depan…Kesultanan Buton telah memberikan perannya yg terbaik utk anak cucunya dan saatnya kita juga berbuat yg terbaik utk anak cucu kita kelak agar proses regenerasi selalu berjalan baik

Rabu, 08 April 2015

Sultan Buton Ke 39

Inna Lillahi wa Innailahi Rojiun
Sultan Buton Ke 39
H. LA ODE MUHAMMAD DJAFAR, SH,
QAIMUDDIN KHALIFATUL KHAMIS
Telah berpulang kerahmatullah pada dini hari, di Makassar, akibat penyakit yang dideritanya sejak tahun 2012. Beliau mangkat dalam umur 84 tahun. Jenazah beliau akan dimakamkan besok tanggal 4 Januari 2015 di Baadia, Kota Baubau,Sulawesi Tenggara. Mohon keikhlasan mengirim bacaan Al Fatihah untuk beliau, semoga arwahnya diterima disisi Allah.Amin.In Memorial Ketika Proses Pelantikan Beliau Sebagai Sultan Buton Ke 39..
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/












sumber; Kaos Benteng Keraton Buton

benteng keraton ANTARA BUTON, WOLIO, DAN BAUBAU.

http://biruhijau09.blogspot.com/
Buton adalah nama sebuah pulau di Jazirah Sulawesi. Yang menurut sumber lokal (mitos lokal) muncul dari buih ombak (bura satongka). Buton sebagai suatu Kerajaan/Kesultanan mulai dikenal dalam Sejarah Indonesia karena telah tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada Tahun 1365 Masehi

Lwirning dharmma karsyanika -/- nang sumpun rupit mwang pilan, (38a) len tekang pucangan jagaddhita pawitra mwang gutun tan kasah, kapwa tekahana pratista sabha len lingga pranala pupun, mpungku sthapaka sang maha guru panengguhning sarat kottama.

Desa-desa tempat keresian yakni: Sumpun, Rupit, dan Pilan lain pula Pucangan, Jagadhita, Pawitra, tidak dilupakan Butun, di semua itu ada taman indah, lingga dan saluran-saluran air, pendeta Budha tersohor maha guru di dunia amat mulia (Wirama 78, Pupuh LXXVIII dalam naskah Nagarakrtagama).

Raja Buton pertama adalah seorang perempuan yang bernama Wa Kaa Kaa. Wa kaa kaa atau Tu We Khan dinobatkan sebagai raja Buton sekitar tahun 1330 M. Negeri Buton sebelum terintegras ke dalam NKRI memliki 6 Raja atau Ratu dan 38 Sultan. Sebelum 1960 orang yang tinggal daerah atau wilayah Kesultanan Buton disebut orang Buton. Setelah melalui proses yang cukup panjang daerah kesultanan Buton telah menjelma menjadi enam daerah otonom tingkat dua yaitu Baubau, Buton, Wakatobi, Bombana, Muna, dan Buton Utara ( Buton Selatan, Buton Tengah, dan Muna Barat, menurut catatan Coopenger 2010 termasuk p. Wawonii/konawe kepulauan).

Wolio adalah pusat pemerintahan kerajaan/kesultanan Buton. Wolio sebagai pusat Kesultanan, sampai saat ini pula masih menyimpan, dan dapat disaksikan benda-benda hasil karya masyarakat berupa peninggalan sejarah, budaya arkeologi seperti tiang bendera, masjid agung keraton, Masjid Kuba Baadia, dan beberapa buah benteng yang merupakan saksi kongkrit peninggalan sejarah kejayaan masa lalu.Pada dasarnya, wilayahnya meliputi sekitar Benteng Keraton Buton. Jika diperluas, maka Wolio meliputi kota Baubau saat ini. Jadi dapat dikatakan bahwa kota Baubau merupakan penjelmaan dari ibu kota kerajaan dan kesultanan Buton yang sebelumnya bernama Wolio.

Baubau dalam bahasa Wolio adalah bhaau (baru) berarti pembaharuan yang terus-menerus (sa bhaau-bhaau). Baubau pada dasarnya adalah perluasan ibu kota kesultananan yang sebelumnya berpusat di Wolio atau penduduk setempat menyebutnya Keraton. Baubau mulai terbentuk seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Pemaknaan Bhaau yang berarti baru, juga bermakna kondisi masyarakat yang selalu bersifat dinamis yang selalu memperbaharui diri dalam beradaptasi dengan segala macam tuntutan kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu nara sumber penulis bercerita bahwa Baubau adalah bermakna kota baru, seperti halnya; New York, New Delhi, New Zeland, New Mexico dan lain sebagainya.

Kota Baubau mempunyai posisi yang strategis dan andil yang signifikan bagi dinamika kontinuitas sebuah peradaban di Jazirah Sulawesi bagian Tenggara yang terrefleksi dari kedudukannya sebagai pusat pemerintahan kerajaan /kesultanan Buton. Sejak tahun 1870 Baubau menjadi pusat administrasi Hindia Belanda dan pada tahun 1911 Baubau dijadikan ibukota Afdeling Oost Celebes (Sulawesi Timur). Pada tahun 1950an-1964 menjadi ibu kota kabupaten Sulawesi Tenggara dan 1964 sampai 2001 menjadi ibukota Kabupaten Buton. Dewasa ini Baubau adalah sebuah Pemerintahan Kota di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, memperoleh status kota pada tanggal 21 Juni 2001 berdasarkan UU No. 13 Tahun 2001.

Kalau boleh penulis beranalogi bahwa: Buton, Wolio, dan Baubau seperti halnya Amerika Serikat, Washington, dan New Work. Amerika Serikat adalah Buton bersama Baratanya. Washington ibu kota USA adalah sama halnya dengan Wolio sebagai ibu kota Buton, dan New Work, kota baru adalah Baubau.

Baubau ada karena kebutuhan Buton yang semakin lama semakin besar untuk menammpung arus globalisasi dunia Luar (luar Buton). Baubau menjadi "the NEW CITY" untuk mewadahi keinginan yang semakin berragam. Namun demikian, rohnya tetap pada pancaran Buton dan Wolio. Kira-kira demikian menurut hasil diskusi dan telaah penulis bersama para nara sumber yang penulis temui baru-baru ini.

benteng keraton "Makam raja buton (MAKAM KONTROVERSI)"

MAKAM KONTROVERSI
Hampir Satu Minggu Admin Melakukan Penelusuran Makam2 Sultan Buton Yg Berada Di Dalam Kompleks Benteng Keraton Buton..Admin Mdapatkan Hal Yang Mencengangkan Dimana Admin Mendapatkan 2 Makam Yang Sama Yaitu Makam La Tumpamana Sultan Zaenuddin (Sangia Yi Kaesabu) Memerintah Tahun 1680-1688..Admin tetap brpikir positif dgn tidak myalahkan siapapun karna inilah proses pembelajaran akan penelusuran/identifikasi kembalii sejarah perjalanan Kesultanan Buton Masa Lalu..Adminpun uda menyampaikan kesalah satu staff Dinas Pariwisata Kota Baubau Utk Ditindak Lanjuti Penemuan Admin..Inilah Ke 2 Makam Sultan Buton Yg Sama Tersebut Yang Dalam Kondisi Tidak Terawat..Hari Ini Moga ƍĪ Ada Halangan Utk Menyampaikan Langsung Penemuan Tersebut Kepada Kepala Dinas Pariwisata Kota Baubau...
Letak Makam Pertama berada di Belakang bengkel motor depan Bastion Kalau sedang makam ke dua berada di Belakang Polindes Kelurahan Melai atau Samping TK Kelurahan Melai...
http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

Selasa, 07 April 2015

sejarah LAODE DAN WAODE

LAODE DAN WAODE MERUPAKAN
GELAR BANGSAWAN KESULTANAN BUTON

Mungkin beberapa anggota group atau masyarakat buton masih bertanda tanya perihal pemberian gelar bangsawan Laode dan Waode...untuk pemberiaan gelar di Bangsawan Kesultanan Buton dalam hal ini pusat pemerintahan kesultanan buton (wolio) berbeda dengan daerah ke 4 Bharata kesultanan buton...ini berhubungan dengan hak otonom yang diberikan oleh kesultanan buton kpd ke 4 bharata tersebut...Hanya patut disayangkan Gelar Laode/Waode saat ini dikotori oleh oknum2 yg bergelar Laode/Waode lewat perilaku2 mereka yg tidak terpuji...Moga mereka2 yang masih memiliki gelar Laode/Waode tersebut akan tetap menjaga makna gelar tersebut lewat perilaku2 terpuji mereka dalam kehidupan sehari-harinya, seyogyanya mereka bisa menjadi panutan Masy. Buton krn didalam diri mereka mengalir darah Bangsawan Kesultanan Buton ....

BUKU PANDUAN KAWASAN BENTENG KERATON BUTON

BUKU PANDUAN KAWASAN BENTENG KERATON BUTON
Untuk lebih meningkatkan kepedulian group komunitas peduli benteng keraton buton sebagai benteng terluas di duniaterhadap benteng keraton buton, tahun 2015 ini admin akan meluncurkan buku panduan kawasan benteng keraton buton untuk para pengunjung benteng keraton buton..lewat buku panduan ini, pengunjung tidak akan bingung lagi ketika berkunjung..
MATERI ISI BUKU PANDUAN :
1. Peta benteng keraton buton secara lengkap,
2. Foto dan nama2 lawa dan uraiannya serta titik lokasinya,
3. Foto dan nama2 baluara dan uraiannya serta titik lokasinya,
4. Sejarah singkat tentang sultan2 buton pada masa memerintah khusus sultan buton yg makamnya berada dalam benteng serta titik lokasinya,
5. Uraian tentang masjid quba dan masjid agung keraton serta titik lokasinya,
6. Uraian batu peropa serta titik lokasinya,
7. Uraian batu popaua serta titik lokasinya,
8. Uraian batu petirtaan serta titik lokasinya,
9. Uraian batu baluwu serta titik lokasinya,
10. Uraian kamali kara/bata serta titik lokasinya,
11. Uraian gua arung palaka serta titik lokasinya,
12. Uraian parigi serta titik lokasinya,
13. Pusat naskah wolio serta titik lokasinya,
14. Pusat kebudayaan wolio serta titik lokasinya,
15. Perpustakaan sultan buton ke 24 la jampi serta titik lokasinya,
16. Uraian tiang bendera kesultanan serta titik lokasinya,
17. Uraian jangkar serta titik lokasinya,
18. Uraian baruga serta titik lokasinya,
19. Pengrajin2 tradisional yg berada dalam kawasan benteng serta titik lokasinya,
20. Uraian tarian galangi,
21. Uraian kabanti,
22. Penjelasan ritual/upacara adat masyakarakat keraton wolio (posipo/upacara 7 bulanan, alaana bulua/upacara pemotongan rambut, upacara dole dole, upacara tandaki/khitanan anak laki2, posusu/khitanan anak perempuan,posuo, kawia, proses kematian, ritual ramadhan, pekandeana anana maelu, sumpuana uwena syaafara, gorana oputa, rajabu, nisifu syaabani, 1 ramadhan, qunut, raraeya haji/idul adha, raraeya mpu/idul fitri,
23. Permainan anak2 : lojo2, pebudo, peka manu-manu, posemba, pelojo, pegasi, pekaleko, masakan/makanan tradisional masy. Keraton wolio)..

Moga lewat buku panduan ini pengunjung bisa lebih mengenal tentang benteng keraton buton serta apa yg ada di dalamnya maupun adat istiadat masy. Keraton wolio..buku panduan ini tidak hanya diperuntukkan untuk pengunjung akan tetapi masy. Buton[un bisa mendapatkan untuk menambah khasanah pengetahuan tentang warisan kesultanan buton..
Buku panduan ini nantinya bisa didapatkan hanya di outlet kaos benteng keraton buton yang beralamat di kompleks benteng keraton buton, jl. Labuke, simpang 3 depan makam sultan murhum, kel, melai, kota baubau..pin bb 3241b852, phone : 087774350543

http://bentengkeratonbuton.blogspot.com/

daftar raja dan sultan Buton

Berikut ini daftar raja dan sultan yang pernah berkuasa di Buton. Gelar raja menunjukkan periode pra Islam, sementara gelar sultan menunjukkan periode Islam.
Raja-raja:
1. Rajaputri Wa Kaa Kaa (Pertengahan Abad XIV)
2. Rajaputri Bulawambona (Akhir Abad XIV)
3. Raja Bancapatola/Bataraguru (Awal Abad XV)
4. Raja Tuarade (Akhir Abad XV)
5. Rajamulae (Awal Abad XVI)
6. Raja Murhum (1538-1558)
Sultan-sultan:
1. Lakilaponto (Murhum) / Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis (1558-1584 M)
2. La Tumpamasi / Sultan Kaimuddin (1584-1591)
3. La Sangaji / Sultan Kaimuddin (1591-1597 M)
4. La Elangi / Sultan Dayanu Ikhsanuddin (1597-1631 M)
5. La Balawo / Sultan Abdul Wahab (1631-1632)
6. La Buke / Sultan Gafurul Wadudu (1632-1645)
7. La Saparigau (1645-1647 M)
8. La Cila / Sultan Mardan Ali (1647-1654 M)
9. La Awu / Sultan Malik Sirullah (1654-1664 M)
10. La Simbata / Sultan Adilil Rakhim (1664-1669 M)
11. La Tangka Raja / Sultan Dayanu Kaimuddin (1669-1672 M)
12. La Tumpamana / Sultan Zainuddin (1680-1688 M)
13. La Umati / Sultan Liyauddin Ismail (1688-1695 M)
14. La Dini / Sultan Syaifuddin (1695-1702 M)
15. La Rabaenga / Sultan Syaiful Rijali (1702 M)
16. La Sadaha / Sultan Syamsuddin (1702-1709 M)
17. La Ibi / Sultan Nasiruddin (1709-1711 M)
18. La Tumparasi / Sultan Muzhiruddin Abdul Rasyid (1711-1712M)
19. Langkariri / Sultan Sakiyuddin Durul Alam (1712-1750 M)
20. La Karambau / Sultan Himayatuddin Muh. Saidi (1750-1752 M)
21. Hamim / Sultan Sakiyuddin (1752-1759 M)
22. La Maani / Sultan Rafiuddin (1759-1760 M)
23. La Karambau / Sultan Himayatuddin Muh. Saidi (1760-1763 M)
24. La Jampi / Sultan Kaimuddin (1763-1788 M)
25. La Masalalamu / Sultan Alimuddin (1788-1791 M)
26. La Kopuru / Sultan Muhayuddin Abdul Gafur (1791-1799 M)
27. La Badaru / Sultan Dayanu Asraruddin (1799-1822 M)
28. La Dani / Sultan Muh. Anharuddin (1822-1823 M)
29. La Ode Muh. Idrus / Sultan Muh. Idrus Kaimuddin (1824-1851 M)
30. La Ode Muh. Isa / Sultan Muh. Isa Kaimuddin (1851-1871 M)
31. La Ode Muh. Salihi / Sultan Muh.Salihi Kaimuddin (1871-1885 M)
32. La Ode Muh. Umar / Sultan Muh. Umar Kaimuddin (1886-1904 M)
33. La Ode Muh. Asikin / Sultan Muh. Adilil Rakhim (1906-1911 M)
34. La Ode Muh. Husain / Sultan Muh. Husaini Dayanu Ikhsanu Kaimuddin (1914 M)
35. La Ode Muh. Ali / Sultan Muh. Ali Kaimuddin (1918-1921 M)
36. La Ode Muh. Syafiu / Sultan Muh. Syafiul Anami (1922-1924 M)
37. La Ode Muh. Hamidi / Sultan Muh. Hamidi Kaimuddin (1927-1937 M)
38. La Ode Muh. Falihi / Sultan Muh. Falihi Kaimuddin (1938-1960 M).


sumber: Kaos Benteng Keraton Buton